Holymother, it is a totally different journey!
Itu ungkapan yang terus ada di kepala saya waktu awal saya baru menikah. Tadinya saya pikir nikah mungkin kayak pacaran yang serba diupgrade ya. Jadwal ketemuan diupgrade, uang di bank diupgrade (thanks to monthly contribution by super awesome husband haha!), segala-segala diupgrade. Overall bener sih, cuma ya yang gak kebayang ya gimana adaptasi pas ngejalaninnya.
Awal nikah (bahkan sampe sekarang) saya dan suami masih nyari pola terbaik buat sekedar nyelesaiin tanggung jawab harian. Saya yakin sadar nggak sadar pengantin baru lainnya pasti juga ngalamin hal serupa. Siapa yang nyuci baju, siapa yang nyapu, siapa yang ngepel, sampe siapa yang ganti galon air minum. Bukan masalah karna yang satu males atau karna yang satu nggak bisa, tapi lebih pada masalah efektif dan efisiennya (???) Simpelnya gini. Tanggung jawab kerjaan sebaiknya dikerjakan sama pihak yang bisa ngerjain lebih cepat. Contohnya saya nggak terlalu suka (baca: benci) ngepel. Kalo saya harus ngepel, saya bisa selesaikan dlm waktu lumayan lama. Jangan pikir karna rumah kami yang besar, tapi karna saking saya ngerjainnya dengan penuh perasaan yang berat haha. Makanya ngepel selalu jadi urusan suami. Sebaliknya, pertimbangan yang sama juga berlaku buat tugas lain seperti nyetrika atau bersihin kamar mandi. Khusus buat bersihin kamar mandi, meskipun secapek atau sesibuknya saya, saya cenderung selalu ngotot utk bersihin sendiri. Call me control freak, tapi saya cenderung lebih leluasa make kamar mandi yang saya tahu dengan jelas kebersihannya (--,)>
Back to the topic. Meskipun masih terhitung keluarga muda, tapi saya mau coba sok ngasi advice (or at least gambaran) tentang marriage life.
A very wise man said that "MARRIAGE is a WORKSHOP, when HUSBAND WORK and WIFE SHOPS"
Girls, believe me its not true. Yah at least its not 100% true LOL
Yes, umumnya para suami bekerja basically supaya kita bisa belanja. Entah itu belanja kebutuhan sehari-hari, belanja tagihan, atau malah belanja 'kebutuhan berdasarkan keinginan'. Tapi in my mind, marriage akan lebih 'greget' kalo misalnya suami sama istri bisa work together so they can shop (or spend) together.
Maksud saya dengan work disini bukan secara harfiah bekerja ya, it would be unfair to a stay at home mom. Maksud work disini adalah bekerja utk menyelesaikan tanggung jawab masing-masing. Suami tanggung jawabnya nyari duit, ya work disini refer to usaha buat nyari duit buat memenuhi kebutuhan keluarga. Istri tanggung jawabnya ngurus keluarga, ya work disini refer to usaha buat nyelesaiin tugas-tugas rumah tangganya. Terlepas dari apakah sang istri seorang wanita karir atau gak, pake jasa ART atau gak, menurut saya tugas seorang istri yaitu menyelesaikan tugas rumah tangga.
(PS: saya termasuk orang yang agak keki kalo stay at home wife dan istri yang berkarir pada sibuk gontok-gontokan atau adu berat tanggung jawab. Sama-sama punya tanggung jawab sebagai tumpuan keluarga kok padahal -_____-)
Nah begitu suami dan istri sama-sama sudah kerja keras menyelesaikan kerjaan masing-masing, knapa nggak reward diri dengan sedikit 'shop'? Shop ini bisa berwujud dinner romantis, nonton berdua, atau sekedar jalan-jalan ngiter kota menikmati suasana sore. Sesuaikan dgn hobi dan kemampuan kita. Contohnya kalo saya dan suami paling suka 'shop' atau menghabiskan waktu kosong dengan nonton (di rumah. Nggak harus di bioskop loh!) sambil tidur-tiduran, sambil ngemil. Thats it. Pokoknya 'shop' ini buat saya nggak harus refer to belanja, tapi pada menghibur diri, do whatever you want to make you guys happy as a couple. Whatever it is, i think this is very important for a marriage. Knapa? Karna marriage is a lifetime hard work. You have to make it count. You have to find a way to make it as awesome journey as possible.
Marriage takes a lot of compromise and negotiation guys. Even for those who are completely ready, a marriage takes a lifetime work. Makanya in my opinion nikah itu nggak cuma harus modal cinta dan kasih sayang, tapi juga komitmen dan kesamaan visi dan misi. Knapa? Cause you have to spend those moments (both joyful and irritating minutes) with this one person for the rest of your life. Its like you give him/her a loaded gun with only hope that he/she will not use it to shot you. Kalo cuma modal cinta, nanti kalo berantem cintanya terkikis sedikit demi sedikit, trus nantinya habis sama sekali (katanya sih gitu). Kalo modalnya cinta plus plus (plus komitmen dan kesamaan visi dan misi) seengannya kita punya sense of belonging yang lebih tinggi, yang memberikan kita rasa kesadaran diri untuk mau kerjakeras to work for this marriage. Sounds better right?
So inti dari tulisan nggak jelas ini adalah dari point of view saya sebagai seorang istri (thank god get to married an awesome man), marriage is a hard work. It takes a lifetime hard work, so make sure you ready for it. But as those happily married elderly couple say, it will be worth it in the end .
Komentar
Posting Komentar